Interelasi Pendidikan dalam Pondok Pesantren dengan Budaya Jawa
Pesantren adalah sebuah lembaga pendidikan keagamaan di Jawa, tempat anak-anak muda bisa belajar dan memperoleh pengetahuan keagamaan yang tingkatnya lebih tinggi. Alasan pokok munculnya pesantren adalah untuk mentransisikan Islam tradisional, karena disitulah anak-anak muda akan mengaji lebih dalam kitab-kitab klasik berbahasa Arab yang ditulis berabad-abad yang lalu. Di Jawa kitab-kitab ini dikenal sebagai kitab kuning.
Ada ahli sejarah yang menganggap bahwa pesantren adalah lembaga pendidikan keagamaan yang merupakan kelanjutan dari lembaga pendidikan agama pra-Islam, yang disebut mandala. Mandala telah ada sejak sebelum Majapahit dan berfungsi sebagai pusat pendidikan (semacam sekolah) dan keagamaan. Mandala adalah tempat yang dianggap suci karena disitu tinggal para pendeta atau pertapa yang memberikan kehidupan yang patut dicontoh masyarakat sekitar karena keshalehannya, atau para pendeta yang memberikan pengajaran keagamaan Hindu-Buddha untuk masyarakat.
Tokoh sejarawan menyebutkan bahwa pesantren adalah kelanjutan dari lembaga pendidikan masa pra-Islam, yaitu mandala. Pendapat ini didasarkan atas adanya persamaan antara pesantren dengan mandala, yaitu:
- Sama-sama memiliki lokasi jauh dari keramaian di pelosok yang kosong.
- Lembaga pendidikan keagamaan Hindu mandala dan lembaga pendidikan keagamaan Islam pesantren sama-sama memiliki tradisi ikatan guru-murid.
- Menjalin komunikasi antardharma yang juga dilakukan antarpesantren dengan perjalanan rohani atau lelana.
- Metode pengajaran dengan sistem melingkar (halaqah)
Memang ada banyak persamaan antara mandala dengan pesantren, tetapi belum berarti bahwa ada hubungan antara keduanya yang terjadi secara paralel melalui status daerah yang ditempati.
Pesantren tidak dapat disimpulkan mengambil alih begitu saja dari sistem mandala. Ada beberapa pesantren pada abad ke-18 (Tegalsari di Panarag, Banjarsari dan Sewulan di Madiun) dan ke-19 (Maja Pajang dekat Surakarta dan Melangi dekat Yogyakarta) yang berdiri diatas tanah pemberian raja, namun hal ini bukan berarti penerusan lembaga pendidikan mandala ke pesantren.
Pada masa kerajaan-kerajaan Islam Jawa masih berjaya didaerah pesisir, seperti Gresik, Kudus, Jepara, dan Demak, kemajuan pendidikan Islam memperoleh perhatian penguasa muslim dengan kemajuan perdagangannya. Setelah runtuhnya daerah pantai utara Jawa Tengah dan Jawa Timur ke tangan penguasa Mataram, penyelenggaraan pendidikan tidak memperoleh perhatian dari penguasa lagi.
Ditambah dengan kemerosotan ekonomi perdagangan muslim di pesisir yang berpindah menjadi petani di pedalaman. Oleh karena itu, tanggung jawab pendidikan keagamaan Islam memunculkan sumbangan, pembayaran zakat, dan wakaf dari masyarakat, dan lahirlah pesantren-pesantern yang berawal dari upaya ulama bebas yang tergerak pada pendidikan Islam yang lepas dari Keraton Mataram dengan dukungan masyarakat. Diantaranya adalah beliau para ulama yang dahulunya belajar di Makkah dan Madinah. Hal ini memberikan pengaruh pada model penyelenggaraan pendidikan pesantren di Indonesia.
Komentar
Posting Komentar